Sore tadi aku terbaca tentang sambutan khalayak penggemar wayang terhadap filem Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC2) iaitu sekuel filem "Ada Apa Dengan Cinta" (AADC) yang telah mencatat keuntungan lebih RM2 juta di negara kesayangan kita ini.
Aku dari dulu lagi jika dikaitkan dengan bidang seni, tidak pernah ada perasaan sinis atau merendahkan sesuatu karya seni yang diproduksikan oleh insan seni yang menjadi warga sempadan politik di luar perbatasan negara ini. Bukan tidak 'loyal' atau setia tetapi bagiku seni harus dinikmati tanpa sempadan apa-apa.
Untuk itu aku 'tabik' (salute) atas pencapaian filem ini. Empat belas tahun atau lebih tepat lagi menurut pelakon utamanya Dian Sastrowardoyo (watak Cinta) selama lima belas tahun (mengambil tempoh masa filem itu disiapkan pada 2001 dan hanya ditayangkan pada 2002), filem ini masih lagi memiliki aura atau tarikan walaupun hanya berlatar belakangkan kisah cinta antara Rangga dan Cinta dan bukannya genre seram, komedi apatahlagi aksi.
Pada aku jawapannya mudah saja iaitu rasa "RINDU". Empat belas tahun lalu filem ini berakhir sebegitu saja dan berupaya meninggalkan kesan di hati penonton dan akhirnya memupuk rasa rindu tanpa sedar mereka untuk mengetahui pengakhiran kisah cinta ini (walaupun hakikatnya tidak pernah ada kenyataan yang sekuelnya akan segera menyusul tidak seperti filem aksi Hollywood yang pasti ada sekuelnya jika ia dibuktikan menguntungkan).
Bermula dari iklan aplikasi 'LINE" yang memuatkan gambaran andainya hubungan antara Rangga dan Cinta terjalin semula telah menyebabkan para perindu kisah cinta ini mengoptimumkan keinginan mereka agar ada sekuel bagi AADC di laman sosial sehingga menjadi viral yang akhirnya menggerakkan tenaga produksi dan barisan pelakon untuk merealisasikannya dan membiarkan juadah AADC melepasi kerongkong dan mengenyangkan penanti setianya.
Justeru itu aku titipkan puisi oleh penyair Lebanon terkenal, Kahlil Gibran (terjemahan Indonesia) bagi mewarnai kehangatan filem AADC2 ini yang turut dibangunkan berpaksikan kepada puisi-puisi karya Rako Prijanto (AADC) dan M. Aan Masyur (AADC2).
CINTA by Kahlil Gibran
Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
Ketika kita menangis?
Ketika kita membayangkan?
Itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat
Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan
kita,
Kita bergabung dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan serupa
yang dinamakan
Cinta.
Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan,
Seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
Tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
Melainkan suatu awal kehidupan baru,
Kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
Mereka yang telah dan tengah mencari dan mereka yang telah
mencoba.
Karena merekalah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang
telah menyentuh kehidupan mereka.
Cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitiskan air mata dan masih peduli terhadapnya,
Adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.
Adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa
tersenyum dan berkata
” Aku turut berbahagia untukmu ”
Apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
Biarkan hatimu kembali ke alam bebas lagi.
Kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan cinta dan
kehilangannya,
Tapi ketika cinta itu mati
Kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.
Orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu mendapatkan
keinginannya,
Melainkan mereka yang tetap bangkit ketika mereka jatuh,
Entah bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
Kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
Dan menyadari bahwa penyesalan tidak seharusnya ada,
Cintamu akan tetap di hatinya
Sebagai penghargaan abadi atas pilihan-pilihan hidup
Yang telah kau buat.
Teman sejati,
Mengerti ketika kamu berkata,” Aku lupa ….”
Menunggu selamanya ketika kamu berkata,”Tunggu sebentar ”
Tetap tinggal ketika kamu berkata,” Tinggalkan aku sendiri”
Membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan belum berkata,” Bolehkah
saya masuk ? ”
Mencintai juga bukanlah bagaimana kamu melupakan dia bila ia
berbuat kesalahan,
Melainkan bagaimana kamu memaafkan.
Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan, melainkan bagaimana kamu mengerti.
Bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa yang kamu rasa,
Bukanlah bagaimana kamu melepaskan, melainkan bagaimana kamu bertahan.
Mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai
seseorang,
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih
berbahagia
Apabila kita melepaskannya.
Kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah orang yang tak
pernah menyatakan cinta
kepadamu,
Karena takut kau berpaling dan memberi jarak,
Dan bila suatu saat pergi, kau akan menyadari bahwa dia adalah
cinta yang tak kau sadari
No comments:
Post a Comment